Prioritastv.com, Tangamus, Lampung – Suara kecil Muhammad Fathan, bocah berusia empat tahun, terdengar lirih namun penuh kebahagiaan, “Terima kasih, Pak Polisi.” Ucapan polos itu terlontar saat Kapolres Tanggamus, AKBP Rivanda, menyerahkan mainan mobil-mobilan kepada Fathan di kediaman sederhananya di Pekon Sindang Marga, Pulau Panggung, Rabu, 15 Januari 2025.
Fathan, anak yatim kehilangan ayahnya, tinggal bersama ibunya, Surtini, di sebuah rumah kecil yang tak layak huni. Rumah itu berdiri dengan dinding yang lapuk dan atap yang bocor, membuat penghuninya seringkali kebasahan saat hujan mengguyur. Dalam kondisi itu, senyuman kecil dari Fathan menjadi pemandangan yang menyejukkan di tengah getirnya kehidupan mereka.
Di tengah hujan yang terus turun, senyum kecil Fathan menjadi harapan baru. Mainan mobil-mobilan yang digenggamnya erat adalah simbol sederhana dari kebahagiaan dan mimpi seorang anak kecil yang merindukan kasih sayang seorang ayah.
Kisah Surtini dan Fathan adalah pengingat bahwa di tengah keterbatasan, masih ada tangan-tangan yang peduli. Di bawah atap yang akan segera diperbaiki, harapan baru perlahan tumbuh. Dan di balik senyum seorang bocah, ada doa tulus untuk kebaikan mereka yang telah berbagi kasih.
Kunjungan Kapolres bersama rombongan adalah jawaban atas informasi masyarakat yang menggambarkan kondisi memprihatinkan keluarga Surtini.
Dengan membawa bahan pokok, mainan untuk Fathan, dan sejumlah uang tali asih, Kapolres berusaha meringankan beban keluarga kecil ini.
“Bantuan ini adalah wujud kepedulian kami kepada masyarakat yang membutuhkan. Kami juga akan segera melaksanakan program bedah rumah agar Bu Surtini dan anaknya memiliki tempat tinggal yang lebih layak,” ujar AKBP Rivanda.
Ia menambahkan, dalam dua hingga tiga hari ke depan, tim akan memulai proses perbaikan rumah. “Kami akan cek dulu secara detail, agar Ibu tidak lagi kehujanan, karena rumah ini sudah tidak layak,” imbuhnya sambil menatap penuh empati ke arah rumah yang dindingnya sebagian hanya dilapisi plastik.
Surtini, dengan air mata yang tertahan, mengungkapkan rasa syukur atas perhatian yang diberikan kepadanya. “Alhamdulillah, kami sangat bersyukur atas bantuan ini. Terima kasih banyak kepada Pak Kapolres dan jajarannya,” katanya dengan suara bergetar.
Wanita paruh baya ini mengisahkan bagaimana ia bertahan setelah kepergian suaminya. Dengan penghasilan tak menentu dari menjahit dan berkebun kecil di belakang rumah, ia berjuang memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk dirinya dan putranya.
“Fathan adalah alasan saya bertahan, meski kadang kami hanya makan seadanya,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca. (Asrul Ariski)