Menu

Mode Gelap
 

Nasional · 8 Jul 2025 19:14 WIB ·

Tarian Pacu Jalur, Tradisi Sungai Kuansing yang Mendunia, Jadi Trendsetter Aura Farming, Ini Sosok Sang Penari Ciliknya !


 Bocah Rayyan Arkan Dikha, penari di ujung perahu pada Pacu Jalur di Sungai Batang Kuansing, Riau | Inet. Perbesar

Bocah Rayyan Arkan Dikha, penari di ujung perahu pada Pacu Jalur di Sungai Batang Kuansing, Riau | Inet.

Prioritastv.com, Jakarta – Dari sungai kecil di pedalaman Riau hingga menjadi sorotan klub sepak bola dunia, Pacu Jalur membuktikan bahwa budaya lokal bisa tampil mendunia.

Tradisi lomba dayung warisan masyarakat Kuantan Singingi ini kini tak hanya dikenal sebagai festival rakyat, tapi juga viral lewat tren global bernama Aura Farming yang merajai TikTok.

Sosok penari cilik di pacu jalur itu bernama Rayyan Arkan Dikha, aksi bocah 11 tahun menari-nari di atas jalur viral dan menjadi tren Aura Farming.

Dikha baru berusia 11 tahun. Dia siswa SD 013 Desa Pintu, Gobang Kari, Kuantan Singingi, Riau.

Pacu jalur bukan hal baru bagi Dikha, Ayahnya, Jufriono adalah seorang atlet pacu jalur.

Kepiawaian berjoget di pacu jalur sebagai tukang tari–sebutan bocah yang menari di ujung jalur–bukan didapatkan begitu saja. Dikha berlatih secara rutin selama tiga tahun terakhir, bukan

Pacu Jalur adalah lomba perahu tradisional yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) Riau, Indonesia.

Perahu yang digunakan dalam perlombaan ini disebut “jalur” yang terbuat dari kayu gelondongan utuh.

Pacu Jalur tidak hanya sekadar perlombaan, tetapi juga merupakan pesta rakyat dan simbol solidaritas antar kampung.

Pacu Jalur bermula sejak abad ke-17, ketika masyarakat Kuansing menggunakan perahu panjang—disebut jalur—sebagai alat transportasi utama di Sungai Batang Kuantan.

Lambat laun, jalur menjadi simbol kebanggaan, dihias megah dengan ukiran, warna emas, dan ornamen naga.

Sejak era penjajahan Belanda, perlombaan ini digelar untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina, dan pasca-kemerdekaan Indonesia, Pacu Jalur diresmikan sebagai bagian dari perayaan 17 Agustus.

Pada 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pacu Jalur sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

Yang membuat Pacu Jalur belakangan ini begitu viral adalah sosok tukang tari—anak kecil di ujung perahu yang menari energik sambil menjaga semangat tim dayung.

Gerakan lincah mereka yang terekam kamera, dikombinasikan dengan lagu “Young Black & Rich” dari Melly Mike, menciptakan tren TikTok bernama Aura Farming.

Video anak-anak ini menjadi viral dan ditiru oleh pesepak bola kelas dunia seperti pemain Paris Saint-Germain (PSG) hingga AC Milan. Bahkan, bintang NFL Travis Kelce turut mengomentari keunikan gaya tarian ini.

“Fenomena ini menunjukkan betapa budaya daerah punya magnet global. Kami bangga Pacu Jalur menjadi wajah baru Indonesia di dunia maya,” kata Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat.

Setiap jalur (perahu) panjangnya bisa mencapai 40 meter dan diisi hingga 60 pendayung. Persiapannya tidak main-main—mulai dari latihan, logistik, hingga dekorasi bisa menelan biaya Rp100 juta.

Tapi semua ditanggung bersama, lewat sistem gotong royong. Masyarakat kampung saling urunan, termasuk urusan konsumsi dan transportasi.

“Ini bukan sekadar lomba, ini tentang persatuan, kehormatan, dan kebanggaan kampung,” ujar salah satu sesepuh adat Kuantan Singingi.

Selain aspek budaya, Pacu Jalur juga punya dampak ekonomi signifikan. Di tahun 2023, tercatat sekitar 1,7 juta orang hadir menyaksikan event ini.

Perputaran uang selama festival mencapai Rp90,9 miliar, dan pelaku UMKM bisa meraup Rp2–4 juta per hari.

Dengan masuknya Pacu Jalur ke dalam 10 besar Calendar of Events Nasional, pemerintah daerah menargetkan 2 juta pengunjung pada tahun 2025.

Pacu Jalur bukan hanya tentang siapa yang tercepat di air, tapi siapa yang paling kuat menjaga budaya.

Lewat viralnya Aura Farming, Pacu Jalur membuktikan bahwa tradisi tak harus tinggal di museum—ia bisa tampil megah, penuh gaya, dan relevan di era digital.

Dan yang paling keren? Semua ini dimulai dari semangat bocah penari di ujung perahu, yang menari bukan hanya untuk menang—tapi untuk menjaga nyala budaya Indonesia. (Ubay)

Artikel ini telah dibaca 35 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Meski Baru Sebagian Kecil dari Rp2,1 Miliar, Dua Tersangka Korupsi CT Scan RSUD-BM Mulai Bayar Uang Pengganti Melalui Kejari Tanggamus 

9 July 2025 - 20:31 WIB

Dugaan Perusakan Hutan Lindung di Sidomulyo Lampung Barat : Polhut Diminta Tak Hanya Berpose Selfie, Tapi Bertindak

9 July 2025 - 19:18 WIB

Perekrutan Tenaga Kerja Lokal oleh PT GWDC Sub Kontrak di PT PGE Tanggamus Disambut Baik Warga Ulubelu

9 July 2025 - 17:22 WIB

Polres Tanggamus Capai 46 Persen Target Tanam Jagung Dukung Ketahanan Pangan di Kuartal III 2025

9 July 2025 - 17:09 WIB

Pelaku Pencuri Emas Bernilai Ratusan Juta di Tanggamus dan Komplotannya Dibekuk Polisi

9 July 2025 - 16:33 WIB

Dinas PUPR Tanggamus Usulkan Pemanfaatan Lahan Eks PT INF untuk Program Ketahanan Pangan, Disini Wilayahnya !

9 July 2025 - 16:19 WIB

Trending di News