Prioritastv.com, Bandar Lampung – Suasana di Kota Bandar Lampung mendadak tegang setelah kedatangan empat bus yang membawa sekitar 200 orang dari Flores (sebelumnya ditulis preman ambon) ke Universitas Malahayati, Minggu 3 Maret 2025, pagi.
Kedatangan mereka memicu reaksi keras dari masyarakat setempat yang menganggap hal ini sebagai intervensi yang mengancam ketertiban dan kehormatan masyarakat Lampung.
Pengacara Yayasan ALTEK Universitas Malahayati, Osep Doddy mengungkapkan bahwa pihaknya tidak mengetahui dan tidak mendapat koordinasi terkait kedatangan ratusan orang tersebut.
“Kami tim pengacara tidak tahu 200 orang dari Flores itu siapa yang mengirim. Apakah dikirim oleh klien kami, Rusli Bintang, dari Jakarta atau pihak lain, kami tidak tahu,” ujar Osep Doddy.
Osep menyesalkan kehadiran massa tersebut karena dinilai kontra produktif dengan upaya hukum yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik internal di Yayasan ALTEK.
Ia menekankan bahwa pihaknya lebih mengedepankan jalur hukum dibandingkan pendekatan massa.
Baca Juga :
Kedatangan ratusan orang dari Flores memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk masyarakat adat Lampung. Beberapa tokoh adat menilai bahwa tindakan ini merusak ketertiban dan berpotensi mengganggu harmoni sosial yang telah terjalin lama di wilayah tersebut.
Ketua Umum Laskar Lampung Indonesia (LLI), Nerozely Koenang, menegaskan bahwa tidak boleh ada pihak luar yang membawa premanisme ke tanah Lampung. “Apapun konfliknya, tidak boleh ada orang luar yang masuk dan mengancam ketenteraman di Lampung!” ujar Nero sapaan akrabnya.
Sekjen DPP LLI, Panji Padang Ratu bersama Ketua LLI Bandar Lampung, Destra Yudha, langsung turun ke lokasi untuk memantau situasi.
Masyarakat mendesak agar Kapolda Lampung segera mengambil tindakan sebelum situasi semakin tidak terkendali dan berkembang menjadi konflik yang lebih besar.
Dalam menghadapi situasi yang memanas, masyarakat meminta agar aparat keamanan segera bertindak tegas untuk mencegah potensi bentrokan.
“Kami tidak ingin Lampung menjadi medan perang akibat ulah pihak luar. Kami mendesak aparat untuk bertindak sebelum situasi semakin tidak terkendali,” ujar Nero Koenang.
Selain Laskar Lampung, kelompok lain seperti Ormas Pendekar Banten yang dipimpin oleh Hengki Malonda disebut siap siaga untuk bergabung dalam mengamankan situasi jika diperlukan.
Kondisi ini menjadi pengingat bahwa konflik internal di sebuah institusi tidak seharusnya melibatkan massa dari luar yang berpotensi memperkeruh keadaan.
Baca Juga :
Masyarakat Lampung menegaskan bahwa mereka akan terus menjaga kehormatan daerahnya dengan tetap menjunjung tinggi prinsip kearifan lokal dan ketertiban.
Sementara itu, Polda Lampung memastikan pengamanan tetap berlangsung untuk mencegah gesekan lebih lanjut. Saat ini, kondisi di Kampus Universitas Malahayati terkendali, dengan kelompok pendukung Kadafi masih bertahan di sekitar kampus dalam keadaan tertib.
Pada Minggu siang pukul 14.30 WIB, Polda Lampung menggelar mediasi dengan melibatkan Ketua Koordinator Lapangan, Antoni, dan Chris selaku perwakilan kelompok Rusli, keluarga Kadafi. Setelah diskusi, sekitar 150 orang dari rombongan sepakat kembali ke Jakarta sembari menunggu bus penjemputan.
Menurut informasi yang beredar, ratusan orang ini disebut-sebut merupakan orang suruhan dari Rusli Bintang, pemilik Universitas dan Rumah Sakit Malahayati yang sedang berkonflik dengan istri pertama dan anak-anaknya yakni diantaranya Muhammad Khadafi. Namun hingga kini belum ada satupun yang memberikan keterangan benar atau tidaknya. (Erwin)