Menu

Mode Gelap
 

Kriminal · 26 Jun 2023 19:40 WIB ·

Komisi Perlindungan Anak Indonesia Respon Laporan Pelecehan Belasan Anak di Pugung Tanggamus


 Logo Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). (Foto : Dokumentasi KPAI). Perbesar

Logo Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). (Foto : Dokumentasi KPAI).

Prioritastv.com, Tanggamus – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah merespon informasi pelecehan belasan anak oleh oknum guru ngaji di Pekon Sukamulya Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.

Respon tersebut setelah Bagian Analis Pelayanan KPAI menghubungi awak media yang tergabung dalam Forum Wartawan Kompeten Kabupaten Tanggamus (FWK-KT) guna memberikan informasi lengkap kejadian tersebut.

“Alhamdullillah, tadi pagi Analis Pelayanan KPAI telah meminta data lengkap sesuai berita-berita yang kami sampaikan selama ini,” kata Hardi Suprapto, selaku Ketua FWK-KT, Senin 26 Juni 2023.

Atas hal itu, Hardi berharap KPAI dapat menuntaskan perkara pelecehan belasan anak tersebut hingga ke meja hijau sehingga tidak ada lagi oknum-oknum yang memanfaatkan situasi untuk kepentingan syahwat semata.

“Kami akan terus kawal kasus ini hingga korban mendapatkan keadilan dan pelaku dapat dihukum,” tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, seorang oknum guru ngaji inisial RM di Pekon Sukamulya, Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus diduga melakukan pelecehan terhadap belasan anak dibawah umur yang merupakan santrinya.

Modus RM melancarlan aksinya dengan modus pasang “susuk/pembuka aura” sehingga RM bebas melakukan pelecehan di salah satu kamar rumahnya. Hal itu telah berjalan selama bertahun-tahun, bahkan sejumlah korban telah menikah dan memiliki anak.

Sejumlah pihak telah angkat bicara, bahkan P2TP2A telah turun ke Pekon Sukamulya, namun sayang mereka terganjal surat damai tingkat dusun yang tidak diketahui aparatur pekon setempat.

Padahal kasus pelecehan secara ”damai” baik dengan paksaan maupun sukarela bukan solusi terbaik. Sebab mencederai rasa keadilan para korban, upaya ”damai” yang tidak disertai proses hukum terhadap pelaku juga akan melanggengkan praktik kekerasan seksual karena tidak ada efek jera pada pelaku.

Seharusnya P2TP2A concern untuk mengungkap fakta atas perkara dengan melihat bahwa seharusnya tidak ada kasus kekerasan seksual yang boleh diselesaikan secara “Damai” dan tidak diproses secara hukum, karena jelas bertentangan dengan undang-undang.

Sehingga apabila kedepan terjadi kasus serupa di Kabupaten Tanggamus akan menjadi bumerang, sebab pemerintahnya sendiri abai terhadap pasal-pasal pengecualian tentang perlindungan anak itu sendiri. (Tim FWK-KT)

Artikel ini telah dibaca 44 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Detik-Detik Pemotor Terseret Banjir di Bandar Lampung dan Kapal Terbawa Arus di Way Balau

17 January 2025 - 20:51 WIB

Musrenbang 2025 Pekon Sinar Jawa Air Naningan Tanggamus, 5 Dusun Usulkan Infrastruktur dan 2 Sekolah RKB pada RKPD 2026

17 January 2025 - 19:40 WIB

Hujan Deras Sebabkan Banjir di Bandar Lampung, Mobil Terbawa Banjir dan Jembatan Merah di Sumur Putri Ambrol

17 January 2025 - 19:27 WIB

“Terima Kasih Pak Polisi”: Harapan Baru Bocah 4 Tahun dan Ibunya di Pulau Panggung Tanggamus

17 January 2025 - 18:25 WIB

Meski Tanggamus Zona Hijau PMK, Ini Upaya dan Imbauan Kadis Bunnak Henri Fatra ke Peternak

17 January 2025 - 17:40 WIB

Pekon Tanjung Heran Pugung Tanggamus Gelar Musrenbang RKPD 2026, Ajukan 3 Infrastruktur

17 January 2025 - 17:27 WIB

Trending di Desa