Prioritastv.com, Tanggamus, Lampung – Kekosongan stok Serum Anti Bisa Ular (SABU) di Rumah Sakit Umum Daerah Batin Mangunang (RSUD-BM) Tanggamus menjadi sorotan usai insiden seorang warga digigit ular berbisa saat mencari pakis di pegunungan.
Ketika korban dilarikan ke RSUDBM, pihak rumah sakit mengakui tidak memiliki persediaan serum tersebut.
Pihak RSUD-BM bersama Dinas Kesehatan Tanggamus telah angkat bicara mengenai kekosongan SABU yang terjadi.
Kasus ini menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah rawan satwa liar seperti pegunungan dan hutan.
Lantas, berapa sebenarnya harga serum anti bisa ular tersebut?
Berdasarkan data dari berbagai sumber, harga SABU sangat bervariasi tergantung tempat pembelian dan jenisnya. Pada Desember 2019, Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebut harga SABU berkisar Rp500.000 hingga Rp900.000 per vial.
Namun pada tahun 2021, RSUD Palabuhanratu, Sukabumi, mencatat harga serum ini mencapai Rp942.000 per vial. Pasien biasanya membutuhkan minimal dua vial untuk penanganan efektif, yang berarti total biaya bisa mencapai Rp1,4 juta bahkan lebih.
Sementara itu, pencarian daring menunjukkan harga serum bisa mencapai Rp1,7 juta tergantung merek dan platform pembelian. Misalnya, Biosave Anti Bisa Ular di Blibli dijual seharga Rp1.745.000, dan versi lainnya di Tokopedia bisa mencapai Rp1.200.000.
Serum anti bisa ular, atau snake antivenom immunoglobulin, adalah obat vital yang dapat menetralkan racun akibat gigitan ular berbisa dan telah digunakan sejak lama dalam dunia medis.
Dengan harga yang cukup tinggi dan ketersediaan yang terbatas di beberapa rumah sakit daerah, kasus ini mengundang perhatian akan pentingnya distribusi dan pengadaan SABU secara merata. (Herdi)